Ketika Kimberly Spring-Winters mengatakan pada ibunya ia jatuh cinta dan ingin menikah dengan sepupunya sendiri, orangtuanya mengatakan hal itu tabu dan sebaiknya tidak dilakukan. Pernikahan antar sepupu dianggap merusak gen dan garis keturunannya bisa cacat. Benarkah?
Kimberly Spring-WInters (29 tahun) akhirnya tetap memutuskan menikah dengan sepupunya yang ia cintai, Shane Winters (37 tahun) meski banyak penentangan dari keluarganya. Mereka tidak takut atau khawatir dengan gen cacat yang banyak diributkan orang lain.
"Dokter kandungan saya mengatakan tidak apa-apa dan tidak akan ada masalah dengan keturuanan kami nanti," ujar Kimberly seperti dikutip dari New York Times (1/12/2009).
Berdasarkan National Conference of State Legislatures, pernikahan antar sepupu (sepupu pertama) dilarang di Pennsylvania dan 24 negara lainnya. Oleh karena itu mereka memutuskan menikah di Maryland, Annapolis City Hall.
Banyak orang di luar sana yang ternyata jatuh cinta dengan sepupu sendiri. Namun di Amerika, pernikahan antar sepupu dianggap mengganggu bahkan menjijikan. Anggapan tentang anak terlahir cacat dan berpenyakit mental sering dikaitkan dengan pernikahan antar satu keluarga. Tapi benarkah anggapan itu?
Baru-baru ini peneliti mencoba meneliti risiko kesehatan anak yang dihasilkan dari pasangan sepupu. Dari hasil studi dan survei, diketahui bahwa risiko cacat lahir dan kematian bayi dari pasangan sepupu tidak terlalu besar dan signifikan dengan besarnya anggapan masyarakat selama ini.
Dalam Journal of Genetic Counseling disebutkan bahwa risiko cacat genetik seperti spina bifida (kelainan tulang belakang) dan cystic fibrosis (kelainan lendir) pada anak hasil pernikahan antar sepupu pertama memang ada, tapi persentasenya sangat kecil, yaitu 1,7 hingga 2,8 persen. Jumlah itu masih lebih kecil dibanding risiko anak hasil pernikahan beda keluarga atau kehamilan usia lanjut.
Sementara itu, risiko kematian pun tetap ada meski persentasenya juga kecil. Menurut peneliti dari the Centre for Comparative Genomics di Murdoch University, Australia, persentasenya adalah 3,5 persen. Tapi angka ini hampir sama dengan kematian bayi dari pernikahan beda keluarga.
"Argumen negatif tentang pernikahan sepupu hanyalah mitos dan masalah etika serta moral saja. Tapi mereka yang punya penyakit tertentu seperti Huntington’s disease memang sebaiknya tidak melakukan pernikahan antar sepupu," ujar Dr Bittles yang sudah meneliti masalah ini sejak tahun 2002.
Pernikahan antar sepupu saat ini memang cenderung meningkat. Hampir 10 persen pasangan di dunia ini adalah pasangan sepupu atau 'cusband'. Meski banyak orang atau keluarganya sendiri yang tidak terima, namun banyak diantara pasangan itu yang tetap menikah.
Bahkan sebuah situs yang bernama Cousincouples.com dibuat untuk mendukung para pasangan sepupu yang terlibat cinta dan meruntuhkan aturan yang melarang pernikahan antar sepupu. Bagi mereka, cinta itu buta dan tidak ada batasan yang bisa memisahkan mereka berdua
0 komentar:
Posting Komentar