Ketika sedang putus cinta, perasaan dan suasana hati menjadi sulit untuk dikontrol. Di otak, efek semacam ini ternyata sama seperti yang dialami pecandu kokain saat sedang sakaw.
Sebagian orang menganggap perasaan itu sangat menyakitkan, bahkan bisa memicu berbagai gangguan kejiwaan antara lain depresi. Perilaku yang menyertainya kadang cukup serius, misalnya bunuh diri atau melakukan tindakan kriminal yang membahayakan orang lain.
"Ini menunjukkan bahwa rasa cinta yang begitu mendalam dapat memicu adiksi atau ketergantungan seperti halnya kokain," ungkap Arthur Aron, profesor psikologi sosial dan kesehatan dari Stony Brooke University, dikutip dari NYdailynews, Senin (26/7/2010).
Untuk membuktikan hal itu, Arthur melakukan pengamatan terhadap aktivitas otak lewat pemindaian. Dalam pengamatan tersebut ia melibatkan 15 pria heteroseksual usia sekolah, yang baru-baru ini 'dicampakkan' oleh kekasihnya.
Pada eksperimen pertama, Arthur memperlihatkan foto mantan kekasih masing-masing partisipan. Setelah itu, partisipan diminta mengerjakan soal matematika untuk mengalihkan bayang-bayang para orang terkasih tersebut.
Untuk membandingkan hasilnya, Arthur kembali memperlihatkan foto seorang wanita. Kali ini wanita itu tidak dikenal sebelumnya sehingga tidak mempunyai ikatan emosional dengan para partisipan.
Ternyata, beberapa bagian otak menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi ketika melihat foto mantan kekasih yang masih disayang. Bagian tersebut, menurut Arthur sama dengan bagian otak yang terangsang ketika pecandu kokain mengalami sakaw.
Sedangkan sisi positifnya, efek tersebut akan hilang seiring waktu berjalan. Arthur mengungkap, aktivitas di bagian otak tersebut makin lama akan menurun jika suatu saat nanti bertemu lagi dengan sang mantan.
0 komentar:
Posting Komentar