Anak-anak dengan Penyakit Jantung Bawaan - Ada banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami penyakit jantung bawaan. Ciri yang paling menonjol adalah bibir dan tubuhnya sering membiru jika kelelahan sedikit saja.
Seperti dialami Irma gadis 11 tahun yang terkena penyakit jantung bawaan sejak lahir. Karena penyakit ini, Irma tidak bisa selincah teman seusianya. Apa daya ia dikaruniai penyakit jantung bawaan yang membuatnya tidak boleh terlalu letih sebab seluruh tubuhnya akan sakit hingga bibirnya membiru.
Irma, demikian gadis asal Jelutung, Jambi ini mulai didiagnosis punya masalah jantung pada usia 2 tahun. Ketika itu, ia dibawa oleh Asni (38 tahun) ibunya untuk diperiksakan ke dokter Puskesmas karena mengalami keluhan batuk dan pilek.
Selain karena batuk Irma tidak sembuh-sembuh, Asni mengaku sangat khawatir karena bibir Irma sampai membiru hingga wajahnya tampak pucat. Ketika itu, Irma juga merasa nyeri yang tidak hanya menyerang bagian dada tetapi sekujur tubuhnya.
Kekhawatiran Asni tidak berlebihan, sebab ternyata dokter di Puskesmas mengatakan ada kemungkinan jantung Irma bermasalah. Irma lantas dirujuk ke Rumah Sakit Umum Jambi untuk pemeriksaan lebih lanjut, hingga akhirnya dipastikan jantung Irma mengalami kebocoran pada sekatnya.
Tidak ada jalan lain, satu-satunya cara untuk mengurangi penderitaan Irma hanyalah melalui operasi. Sayang biayanya tidak murah, sementara suami Asni yakni Anwar (46 tahun) hanya seorang buruh bangunan yang penghasilannya hanya tidak menentu tergantung ada tidaknya proyek yang dikerjakan.
"Waktu itu diperkirakan butuh sekitar Rp 100 juta. Karena tidak ada biaya, kami pilih berobat rutin ke dokter saja meski kenyataannya tidak bisa rutin. Kalau benar-benar ada uang saja kami bawa Irma periksa," kata Asni saat ditemui di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rabu (26/1/2011).
Agar Irma tidak tersiksa oleh kondisinya, Asni dan Anwar memilih berbagai terapi alternatif mulai dari paranormal hingga pijat refleksi. Paranormal diakuinya tidak banyak membantu, sementara pijat refleksi bisa sedikit meredakan nyeri di sekujur tubuh Irma yang dirasakan saat kambuh.
Praktis sejak saat itu Irma tidak bisa beraktivitas selincah anak sebayanya. Hampir setiap pekan ia mengalami kekambuhan terutama jika terlalu letih, sehingga dadanya akan terasa sesak, seluruh tubuhnya nyeri dan yang paling mengenaskan adalah bibir dan sebagian wajahnya membiru hingga tampak sangat pucat.
Setelah bertahun-tahun hidup dalam penderitaan, nasib baik akhirnya datang kepada Irma pada usia 11 tahun. Anwar, ayah Irma yang kebetulan sedang mengerjakan proyek di kantor Pertamina Jambi bertemu dengan dokter Pedi yang bekerja di perusahaan tersebut, yang kemudian membawanya ke Jakarta.
Di RSCM, biaya operasi jantung ditanggung sepenuhnya dengan dana bantuan corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan minyak tersebut. Operasi berjalan lancar dan sukses, Irma yang kini duduk di kelas 5 Sekolah Dasar sudah bisa menjalani hidup normal seperti anak-anak yang lain.
Dokter jantung anak yang menangani Irma, Dr dr Mulyadi, M Djer, SpA(K) mengatakan gadis ini menderita kelainan yang disebut Tetralogy of Fallot (TOF) atau kebocoran sekat jantung. Kelainan ini merupakan penyakit jantung bawaan (PJB) yang sifatnya kompleks sehingga harus dioperasi.
"Sekat yang tidak sempurna itu menyebabkan darah kotor bercampur dengan darah bersih. Kondisi inilah yang membuat bibirnya jadi biru kalau kelelahan," ungkap Dr Mulyadi dalam acara penyerahan bantuan dari Pertamina senilai Rp 1,5 miliar untuk membantu 33 anak yang terlahir dengan PJB di RSCM, Rabu (26/1/2011).
PJB merupakan kelainan yang diderita sejak lahir dan tidak diketahui pasti penyebabnya, namun diduga ada banyak faktor yang mempengaruhi (multifaktor) termasuk genetik. Menurut Dr Mulyadi, 8 dari 1.000 atau sekitar 1 persen anak Indonesia lahir dengan PJB dan setiap tahunnya diperkirakan ada 40 ribu kasus baru.
Kabar baiknya, PJB baik yang kompleks sekalipun bisa sembuh total melalui operasi selama belum terlambat ditangani. Sebagai langkah pencegahan, Dr Mulyadi menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan secara rutin kandungannya karena faktor risiko KJB sudah bisa dideteksi sejak usia kehamilan 3 bulan.
0 komentar:
Posting Komentar