Banyak bukti menunjukkan, teman dan keluarga adalah obat mujarab menyembuhkan sakit. Sebuah studi teranyar menemukan, mereka yang senang bersosialisasi mampu mengurangi risiko demensia atau pikun 70 persen dibandingkan mereka yang sedikit melakukan interaksi sosial.
Seperti dikutip dari laman Time, studi tersebut melibatkan 1.138 partisipan usia sekitar 79 tahun selama beberapa tahun. Tidak satupun partisipan menderita demensia di awal studi.
Penulis utama studi Bryan James, dari Rush Alzheimer's Disease Center, Chicago, mengatakan, "Kami mengikuti orang-orang selama 12 sampai 14 tahun sehingga kami bisa melihat tidak hanya perubahan kognitif tapi perubahan dalam kegiatan sosial. Dengan cara itu kami dapat melihat perubahannya.”
Berangkat dari kondisi partisipan saat masih sehat, peneliti ingin mencari tahu apakah tanda-tanda awal demensia yang menyebabkan isolasi sosial. Atau apakah kurangnya sosialisasi yang justru meningkatkan risiko demensia.
Untuk mengukur aktivias sosial partisipan, peneliti menggunakan kuesioner seputar kunjungan ke kerabat atau teman, partisipasi dalam kegiatan olahraga, frekuensi kunjungan ke restoran, keterlibatan dalam kegiatan agama atau sosial, hingga keterlibatan dalam sejumlah komunitas. Penilaian dilakukan dengan sistem skor numerik.
Studi yang diterbitkan dalam Jurnal International Neuropsikologi Society ini mengungkap, sosialisasi mengurangi risiko demensia. Otak dirancang untuk mengelola hubungan. "Sosialisasi mengurangi stres, dan ada hubungan yang kuat antara stres dan masalah dengan otak seiring bertambahnya usia," kata James.
Bahkan, memiliki persahabatan yang kuat atau hubungan keluarga yang erat mengurangi risiko kematian dini lebih dari efek olahraga. Bonusnya, sosialisasi dianggap sebagai kegiatan yang sangat menyenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar