Tanaman Tembakau Bisa Jadi Bahan Kosmetik
Asap rokok telah lama terbukti membuat orang tampak lebih tua karena mempercepat proses pengerutan kulit. Tapi studi terbaru justru menemukan bahwa tanaman tembakau bisa jadi bahan kosmetik.
Peneliti dari Hebrew University of Jerusalem menunjukkan bahwa tanaman tembakau dapat memproduksi zat yang mirip kolagen manusia.
Kolagen adalah protein utama dalam kulit, tendon, tulang rawan, tulang dan jaringan ikat. Protein ini biasanya menurun selama proses penuaan normal, yang menyebabkan pipi terlihat kempot dan kulit keriput.
Kolagen sintetik juga banyak dipasarkan untuk tujuan medis, seperti untuk perbaikan tulang dan hati. Studi baru-baru ini juga menunjukkan bahwa kolagen sintetik bisa digunakan sebagai kosmetik.
"Tanaman tembakau menghasilkan kolagen yang sangat unik," ungkap Noa Lapido, asisten wakil presiden CollPlant, perusahaan menangani paten dari laboratorium Shoseyov, seperti dilansir Livescience, Senin (1/11/2010).
Menurut Lapido, kolagen pada tanaman tembakau sangat mirip dengan kolagen manusia. Selain itu, kolagen ini juga tidak berhubungan dengan hewan, sehingga lebih aman daripada kolagen lain.
Asal tahu saja, saat ini kolagen yang paling komersial berasal dari hewan ternak seperti sapi, babi dan mayat manusia.
"Kolagen dari sumber-sumber ini dapat membawa virus, seperti yang terkait dengan penyakit sapi gila. Nah, kolagen baru dari tembakau ini dapat menghindari risiko tersebut," jelas Lapido lebih lanjut.
Tapi Lapido mengingatkan, hal ini bukan berarti bahwa tanaman tembakau alami dapat mempercantik atau bermanfaat untuk medis. Memproduksi protein mirip kolagen manusia dari tanaman tembakau merupakan prestasi sendiri di bidang teknologi, tapi ini juga melibatkan lima gen tertentu dalam tanaman tembakau hasil rekayasa genetika.
"Penggunaan kolagen untuk kosmetik saat ini belum memungkinkan, karena mambutuhkan biaya beberapa ratus ribu kali lebih mahal daripada pilihan lainnya. Tapi hal ini akan masuk akal dan bisa terwujud dalam beberapa tahun mendatang," tutup Lapido.
0 komentar:
Posting Komentar